ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN CUSHING SYNDROM
A.
PENGERTIAN
Cushinge
syndrom adalah kumpulan gejala yang
disebabkan oleh hiperadrenokortisisme akibat neoplasma korteks adrenal atau
adenohipofisis, atau asupan glukokortikoid yang berlebihan. Bila terdapat
sekresi sekunder hormon adrenokortikoid yang berlebihan akibat adenoma
hipofisis dikenal sebagai Cushing
Disease (Dorland, 2002).
Cushing
Syndrome atau sindrom cushing adalah
gangguan hormonal yang disebabkan oleh paparan berkepanjangan akibat hormone
kotisol yang tinggi. Gangguan ini juga sering disebut dengan hypercortisolism. Sindrom cushing
relatif langka dan paling sering mempengaruhi orang dewasa berusia 20 tahun
sampai 50 tahun. Orang yang gemuk dan menderita penyakit diabetes tipe 2 dengan
hipertensi dan memiliki control buruk akan kadar gula darah, memiliki peningkatan
risiko yang lebih besar pada gangguan tersebut (Sylvia, 2006).
Sindrom cushing adalah suatu keadaan yang diakibatkan oleh
efek metabolik gabungan dari peninggian kadar glukokortikoid dalam darah yang
menetap. Kadar yang tinggi ini dapat terjadi secara spontan atau karena
pemeberian dosis farmakologik senyawa-senyawa glukokortikoid. (Sylvia A. Price;
Patofisiolgi, Hal. 1088)
B. JENIS-JENIS CUSING SYNDROM
Sindrom cushing dapat dibagi dalam 2 jenis:
1.Tergantung ACTH
heperfungsi korteks adrenal mungkin dapat disebabkan oleh sekresi ACTH kelenjar hipofise yang abnormal berlebihan. Tipe ini mula-mula dijelaskan oleh oleh Hervey Cushing pada tahun 1932, maka keadaan ini disebut juga sebagai penyakit cushing.
2.Tak tergantung ACTH
adanya adenoma hipofisis yang mensekresi ACTH, selain itu terdapat bukti-bukti histologi hiperplasia hipofisis kortikotrop, masih tidak jelas apakah kikroadenoma maupum hiperplasia timbal balik akibat gangguan pelepasan CRH (Cortikotropin Realising hormone) oleh neurohipotalamus. (Sylvia A. Price; Patofisiologi. hal 1091)
C. ETIOLOGI
Sindrom cushing disebabkan oleh
pemberian glukortikoid jangka panjang dalam dosis farmakologik atau oleh
sekresi kortisol yang berlebihan akibat gangguan aksis
hipotalamus-hipofisis-adrenal (spontan). Sindrom cushing terjadi ketika
jaringan tubuh yang terkena tingkat tinggi kortisol terlalu lama. Banyak orang
mengembangkan sindrom cushing karena mereka mengambil hormon
glukokortikoid-steroid yang secara kimiawi mirip dengan kortisol yang
diproduksi secara alami seperti prednisone untuk asma, rheumatoid arthritis,
lupus, dan penyakit inflamasi lainnya. Bahan tersebut juga digunakan untuk
menekan sistem kekebalan tubuh setelah transplantasi untuk menjaga tubuh dari
menolak organ baru atau jaringan. Orang lain mengembangkan sindrom cushing
karena tubuh mereka memproduksi terlalu banyak hormon kortisol.
Penyebab paling umum dari sindrom
Cushing adalah pemberian glukokortikoid eksogen ditentukan oleh seorang
praktisi kesehatan untuk mengobati penyakit lain (disebut sindrom cushing
iatrogenik’s). Hal ini dapat menjadi efek pengobatan steroid dari berbagai
gangguan seperti asma dan rheumatoid arthritis, atau dalam imunosupresi setelah
transplantasi organ. Penambahan ACTH sintetik juga mungkin, tapi ACTH kurang sering
diresepkan karena biaya dan kegunaan yang lebih rendah. Meskipun jarang,
Sindrom Cushing juga dapat disebabkan penggunaan medroksiprogesteron. Selain
itu, beberapa kekacauan sistem tubuh sendiri akan merespon untuk mensekresi
kortisol. Biasanya, ACTH dilepaskan dari kelenjar pituitari bila diperlukan
untuk merangsang pelepasan kortisol dari kelenjar adrenal. Dalam pituitari
Cushing, seorang adenoma jinak mengeluarkan ACTH hipofisis. Ini juga dikenal
sebagai penyakit Cushing dan bertanggung jawab atas 70% dari sindrom Cushing
endogen’s. Sindrom Cushing juga disebabkan oleh tumor hipofisis atau tumor yang
melepaskan ACTH (Niemen, 2005).
Pada tumor korteks adrenal dapat
terjadi tanpa bergantung pada kontrol ACTH yang dengan kemampuannya untuk
menyekresi kortisol secara autonomi dalam korteks adrenal. Tumor korteks
adrenal yang akhirnya menjadi sindrom cushing yang jinak (adenoma) atau yang
ganas (karsinoma). Adenoma korteks adrenal dapat menyebabkan sindrom cushing
berat, namun biasanya berkembang secara lamba dan gejala dapat timbul
bertahun-tahun sebelum diagnosis ditegakkan. Sebaliknya, karsinoma
adreokortikal berkembang secara cepat dan dapat menyebabkan metastasis serta
kematian (Niemen, 2005).
D. MANIFESTASI
KLINIS
Gejala klinis :
Beberapa manifestasi klinis yang sering muncul berupa obesitas, hipertensi, osteoporosis, gangguan psikologis, jerawat, amenorrhea, dan diabetes mellitus meskipun relative tidak spesifik. Manifestasi klinis diatas dapat disertai dengan gejala sakit punggung, perdarahan bawah kulit, striae, hirsutisme sering juga perubahan mental sampai psikosis. Pasien-pasien dengan penyakit ini juga kelihatan kemerahan pada wajahnya, disertai kegemukan sedang sampai berat,
Beberapa manifestasi klinis yang sering muncul berupa obesitas, hipertensi, osteoporosis, gangguan psikologis, jerawat, amenorrhea, dan diabetes mellitus meskipun relative tidak spesifik. Manifestasi klinis diatas dapat disertai dengan gejala sakit punggung, perdarahan bawah kulit, striae, hirsutisme sering juga perubahan mental sampai psikosis. Pasien-pasien dengan penyakit ini juga kelihatan kemerahan pada wajahnya, disertai kegemukan sedang sampai berat,
wajah bulat dan merah (moon face). Kondisi otot jelek dan distribusi
lemak bawah kulit abnormal, di punggung relative lebih tebal dan di tungkai
lebih tipis. Bantalan lemak ini paling jelas di punggung atas dan di atas
klavikula (buffalo hump). Kulit menipis, mudah berdarah dan striae merah muda.
Striae cenderung terletak menyilang garis kulit, tampak pada sisi abdomen,
payudara, bokong, pinggul, paha dan lipatan ketiak. Dapat dijumpai juga
pertumbuhan berlebihan bulu rambut tubuh dan wajah. Bisa terjadi sedikit
pembesaran klitoris. Tekanan darah meninggi dan adanya komplikasi hipertensi.
Gejala
sindrom cushing salah satunya adalah terjadi peningkatan berat badan yang
cepat, terutama dari badan dan wajah dari anggota badan (obesitas sentral).
Tanda umum lainnya adalah pertumbuhan bantalan lemak di sepanjang tulang leher
dan di bagian belakang leher (punuk kerbau) dan wajah bulat sering disebut
sebagai moon face. Gejala lain termasuk hiperhidrosis (keringat
berlebihan), telangiectasia (pelebaran kapiler), penipisan kulit yang
menyebabkan mudah memar dan kekeringan, khususnya tangan dan selaput lendir,
ungu atau merah striae. Berat badan pada sindrom cushing akan meregangkan kulit
yang tipis dan lemah hingga menyebabkan perdarahan pada pantat, lengan, kaki
atau payudara. Selain itu, kelemahan otot proksimal (pinggul, bahu), dan
hirsutisme (wajah laki-pola pertumbuhan rambut), kebotakan dan atau menyebabkan
rambut menjadi sangat kering dan rapuh. Dalam kasus yang jarang terjadi,
sindrom cushing dapat menyebabkan hiperkalsemia, yang dapat menyebabkan
nekrosis kulit. Kelebihan kortisol juga dapat mempengaruhi sistem endokrin
lainnya dan menyebabkan insomnia, menghambat aromatase, libido berkurang,
impotensi, amenorea / oligomenore dan infertilitas akibat peningkatan di
androgen (Govindan, 2006).
Pasien
dengan sindrom cushing akan sering mengalami gangguan psikologis, mulai dari
euforia ke psikosis. Depresi dan kecemasan juga umum. Perubahan kulit lainnya
mencolok yang mungkin muncul dalam sindrom Cushing termasuk jerawat, kerentanan
terhadap infeksi dermatofit dan malassezia dangkal, dan karakteristik keunguan,
striae atrofi pada perut. Tanda-tanda lainnya termasuk poliuria, hipertensi
persisten (karena peningkatan kortisol tentang efek vasoconstrictive epinefrin)
dan resistensi insulin (terutama umum dalam produksi ACTH ektopik), menyebabkan
hiperglikemia (gula darah tinggi) dan resistensi insulin yang dapat menyebabkan
diabetes mellitus. Resistensi insulin ini disertai dengan perubahan kulit
seperti nigricans acanthosis di ketiak dan di sekitar leher, serta tanda
kulit di ketiak. Sindrom Cushing yang tidak diobati dapat menyebabkan penyakit
jantung dan kematian meningkat. Sindrom Cushing karena kelebihan ACTH juga
dapat mengakibatkan hiperpigmentasi, Hal ini disebabkan produksi hormon yang
merangsang melanosit sebagai produk sampingan dari sintesis ACTH dan dari
Pro-opiomelanocortin (POMC). Kortisol juga dapat menunjukkan aktivitas
mineralcorticoid dalam konsentrasi tinggi, memperburuk hipertensi dan
menyebabkan hipokalemia (umum di sekresi ACTH ektopik). Selanjutnya, gangguan pencernaan,
infeksi oportunistik dan gangguan penyembuhan luka (kortisol adalah hormon
stres, sehingga menekan respon imun dan inflamasi). Osteoporosis juga merupakan
masalah dalam sindrom Cushing karena, sebagaimana disebutkan sebelumnya,
membangkitkan respon stres kortisol seperti. Akibatnya, perawatan tulang (dan
jaringan lainnya) menjadi sekunder untuk pemeliharaan respon stres. Selain itu,
Cushing dapat menyebabkan sakit sendi, terutama di pinggul, bahu, dan punggung
bawah (Govindan, 2006).
Kadar
kortikosteroid tinggi setiap waktu meningkatkan tekanan darah, melemahkan
tulang (osteoporosis), dan mengurangi perlawanan terhadap infeksi. Resiko
terbentuknya batu ginjal dan diabetes meningkat, dan gangguan mental, termasuk
depresi dan halusinasi, bisa terjadi. Wanita biasanya memiliki siklus
menstruasi yang tidak teratur. Anak dengan sindrom cushing lambat tumbuh dan
tetap pandek. Pada beberapa orang, kelenjar adrenal juga menghasilkan androgen
dalam jumlah besar (testosteron dan hormon sejenisnya), menyebabkan moon face
dan bulu rambut tubuh pada wanita dan kebotakan (Govindan, 2006).
E. PATOFISIOLOGI
Penyebab cushing sindrom
adalah peninggian kadar glukokortikoid dalam darah yang menetap. Untuk lebih
memahami manifestasi klinik sindrom chusing, kita perlu membahas akibat-akibat
metabolik dari kelebihan glikokorikoid. Korteks adrenal mensintesis dan
mensekresi empat jenis hormon:
1. Glukokortikoid. Glukokortikoid
fisiologis yang disekresi oleh adrenal manusia adalah kortisol
2. Mineralokortikoid. Mineralokortikoid yang
fisiologis yang diproduksi adalah aldosteron,
3. Androgen
4. Estrogen
Kelebihan glukokortikoid dapat
menyebabkan keadan-keadaan seperti dibawah ini:
1. Metabolisme protein dan
karbohidrat.
Glukokortikoid mempunyai efek
katabolik dan antianabolik pada protein, menyebabkan menurunnya kemampuan
sel-sel pembentk protein untuk mensistesis protein, sebagai akibatnya terjadi
kehilangan protein pada jaringan seperti kulit, otot, pembuluh darah, dan
tulang. Secara klinis dapat ditemukan: Kulit mengalami atropi dan mudah rusak,
luka- luka sembuh dengan lambat. Ruptura serabut-serabut elastis pada kulit
menyebabkan tanda regang pada kulit berwarna ungu (striae). Otot-otot mengalami
atropi dan menjadi lemah. Penipisan dinding pembuluh darah dan melemahnya
jaringan penyokong vaskule menyebabkan mudah timbul luka memar. Matriks protein
tulang menjadi rapuh dan menyebabkan osteoporosis, sehingga dapat dengan mudah
terjadi fraktur patologis. Metabolisme karbohidrat dipengaruhi dengan merangsang
glukoneogenesis dan menganggu kerja insulin pada sel-sel perifer, sebagai
akibatnya penderita dapat mengalami hiperglikemia. Pada seseorang yang
mempunyai kapasitas produksi insulin yang normal, maka efek dari glukokortikoid
akan dilawan dengan meningkatkan sekresi insulin untuk meningkatkan toleransi
glukosa. Sebaliknya penderita dengan kemampuan sekresi insulin yang menurun
tidak mampu untuk mengkompensasi keadaan tersebut, dan menimbulkan manifestasi
klinik DM.
2. Distribusi jaringan adiposa.
Distribusi jaringan adiposa
terakumulasi didaerah sentral tubuh Obesitas Wajah bulan (moon face).
Memadatnya fossa supraklavikulare dan tonjolan servikodorsal (punguk bison),
Obesitas trunkus dengan ekstremitas atas dan bawah yang kurus akibat atropi otot
memberikan penampilan klasik perupa penampilan Chusingoid.
3. Elektrolit
Efek minimal pada elektrolit serum.
Kalau diberikan dalam kadar yang terlalu besar dapat menyebabkan retensi
natrium dan pembuangan kalium. Menyebabkan edema, hipokalemia dan alkalosis
metabolic
.
4. Sistem kekebalan
Ada dua respon utama sistem
kekebalan; yang pertama adalah pembentukan antibody humoral oleh sel-sel plasma
dan limfosit B akibat ransangan antigen yang lainnya tergantung pada
reaksi-reaksi yang diperantarai oleh limfosit T yang tersensitasi.
Glukokortikoid mengganggu
pembentukan antibody humoral dan menghabat pusat-pusat germinal limpa dan
jaringan limpoid pada respon primer terhadap anti gen. Gangguan respon
imunologik dapat terjadi pada setiap tingkatan berikut ini: Proses pengenalan
antigen awal oleh sel-sel sistem monosit makrofag. Induksi dan proleferasi
limfosit imunokompeten. Produksi anti bodi. Reaksi peradangan. Menekan reaksi
hipersensitifitas lambat.
5. Sekresi lambung
Sekeresi asam lambung dapat ditingkatkan
sekresi asam hidroklorida dan pepsin dapat meningkat. Faktor-faktor protekitif
mukosa dirubah oleh steroid dan faktor-faktor ini dapat mempermudah terjadinya
tukak.
6. Fungsi otak
Perubahan psikologik terjadi karena
kelebihan kortikosteroid, hal ini ditandai dengan oleh ketidak stabilan
emosional, euforia, insomnia, dan episode depresi singkat.
7. Eritropoesis
Involusi jaringan limfosit,
rangsangan pelepasan neutrofil dan peningkatan eritropoiesis. Namun secara
klinis efek farmakologis yang bermanfaat dari glukokortikoid adalah
kemampuannya untuk menekan reaksi peradangan. Dalam hal ini glukokortikoid
dapat menghambat hiperemia, ekstra vasasi sel, migrasi sel, dan permeabilitas
kapiler, menghambat pelapasan kiniin yang bersifat pasoaktif dan menekan
fagositosis. Efeknya pada sel mast; menghambat sintesis histamin dan menekan
reaksi anafilaktik akut yang berlandaskan hipersensitivitas yang dperantarai
anti bodi. Penekanan peradangan sangat deperlukan, akan tetapi terdapat efek
anti inflamasi yang merugikan penderita. Pada infeksi akut tubuh mungkin tidak
mampu melindungi diri sebagai layaknya sementara menerima dosis farmakologik.
(Sylvia A. Price; Patofisiologi, hal 1090-1091).
F. PEMERIKSAAN
PENUNJANG
1. Pada pemeriksaan laboratorium
sederhana, didapati limfositofeni, jumlah netrofil antara 10.000 – 25.000/mm3.
eosinofil 50/ mm3 hiperglekemi (Dm pada 10 % kasus) dan hipokalemia.
2. Pemeriksaan laboratorik
diagnostik. Pemeriksaan kadar kortisol dan “overnight dexamethasone suppression test” yaitu
memberikan 1 mg dexametason pada jam 11 malam, esok harinya diperiksa lagi
kadar kortisol plasma. Pada keadaan normal kadar ini menurun. Pemerikaan 17
hidroksi kortikosteroid dalam urin 24 jam (hasil metabolisme kortisol), 17
ketosteroid dalam urin 24 jam.
3. Tes-tes khusus untuk membedakan
hiperplasi-adenoma atau karsinoma :
a) Urinary deksametasone suppression
test. Ukur kadar 17 hidroxikostikosteroid dalam urin 24 jam, kemudian diberikan
dexametasone 4 X 0,5 mg selama 2 hari, periksa lagi kadar 17 hidroxi
kortikosteroid bila tidak ada atau hanya sedikit menurun, mungkin ada kelainan.
Berikan dexametasone 4 x 2 mg selama 2 hari, bila kadar 17 hidroxi
kortikosteroid menurun berarti ada supresi-kelainan adrenal itu berupa
hiperplasi, bila tidak ada supresi kemungkinan adenoma atau karsinoma.
b) Short oral metyrapone test.
Metirapone menghambat pembentukan kortisol sampai pada 17
hidroxikortikosteroid. Pada hiperplasi, kadar 17 hidroxi kortikosteroid akan
naik sampai 2 kali, pada adenoma dan karsinoma tidak terjadi kenaikan kadar 17
hidroxikortikosteroid dalam urine.
c) Pengukuran kadar ACTH plasma.
d)
Test
stimulasi ACTH, pada adenoma didapati kenaikan kadar sampai 2 – 3 kali, pada
kasinoma tidak ada kenaikan (Mansjoer, 2007).
Terapi :
Terapi dilakukan berdasarkan etiologinya. Jika disebabkan oleh karena tumor adrenal, maka harus dilakukan tindakan operatif untuk pengangkatan tumor tersebut, hanya saja sisa kelenjar adrenal akan mengalami atrofi. Terapi substitusi kortikosteroid dibutuhkan selama berbulan-bulan dan diperlukan penghentian secara bertahap untuk mengembalikan fungsi adrenal ke normal.
Tumor hipofisis harus diobati dengan radiasi eksternal, implantasi atau hipofisektomi transfenoidal. Adrenalektomi total merupakan pengobatan yang sering dilakukan tetapi bisa terjadi renjatan postoperasi, sepsis dan penyembuhan yang lambat. Pada pasien yang menjalani adrenalektomi total diperlukan kortikosteroid permanent. Ada 3 jenis obat yang digunakan untuk menekan sekresi kortisol karsinoma diantaranya metyrapone, amino gluthemide dan p-DDD. Dapat digunakan untuk mengendalikan sindrom Cushing (dan untuk mengurangi resiko operasi) sebelum pengobatan radikal atau sebagai alternative jika tindakan bedah merupakan kontraindikasi.
Terapi dilakukan berdasarkan etiologinya. Jika disebabkan oleh karena tumor adrenal, maka harus dilakukan tindakan operatif untuk pengangkatan tumor tersebut, hanya saja sisa kelenjar adrenal akan mengalami atrofi. Terapi substitusi kortikosteroid dibutuhkan selama berbulan-bulan dan diperlukan penghentian secara bertahap untuk mengembalikan fungsi adrenal ke normal.
Tumor hipofisis harus diobati dengan radiasi eksternal, implantasi atau hipofisektomi transfenoidal. Adrenalektomi total merupakan pengobatan yang sering dilakukan tetapi bisa terjadi renjatan postoperasi, sepsis dan penyembuhan yang lambat. Pada pasien yang menjalani adrenalektomi total diperlukan kortikosteroid permanent. Ada 3 jenis obat yang digunakan untuk menekan sekresi kortisol karsinoma diantaranya metyrapone, amino gluthemide dan p-DDD. Dapat digunakan untuk mengendalikan sindrom Cushing (dan untuk mengurangi resiko operasi) sebelum pengobatan radikal atau sebagai alternative jika tindakan bedah merupakan kontraindikasi.
G. DIAGNOSA
KEPERAWATAN
Diagnosa keperawatan umum yang dapat
dijumpai pada klien dengan sindrom Cushing adalah sebagai berikut :
1. Resik cedera b.d kelemahan dan
perubahan metabolisme protein..
2. Kerusakan integritas kulit b.d edema.
3. Gangguan bodi image b.d perubahan penampilan fisik,..
4. Kelebihan volume cairan b.d
kelebihan natrium
5. Resiko perdarahan b.d melemahnya jaringan penyokong perivaskuler
6. Nyeri b.d
perlukaan pada mukosa lambung
7. Resiko tinggi
nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b. d intake in adekuat
Rencana Keperawatan
1) Resiko cedera b.d kelemahan dan perubahan metabolisme protein.
Kriteria hasil:
1) Klien
bebas dari cedera jaringan lunak atau fraktur
2) Klien
bebas dari area ekimotik
3) Klien
tidak mengalami kenaikan suhu tubuh, kemerahan, nyeri, atau tanda-tanda infeksi
dan inflamasi lainnya
Rencana tindakan keperawatan:
1) Kaji
tanda-tanda ringan infeksi
Rasional : Efek
antiinflamasi kortikosteroid dapat mengaburkan tanda-tanda umum inflamasi dan
infeksi.
2) Ciptakan
lingkungan yang protektif
Rasional : Mencegah jatuh, fraktur dan
cedera lainnya pada tulang dan jaringan lunak.
3) Bantu
klien ambulasi
Rasional : Mencegah terjatuh atau terbentur
pada sudut furniture yang tajam.
4) Berikan
diet tinggi protein, kalsium, dan vitamin D
Rasional : Meminimalkan
penipisan massa otot dan osteoporosis.
2) Kerusakan integritas
kulit b.d edema.
Kriteria hasil:
Klien mampu mempertahankan keutuhan
kulit, menunjukkan perilaku/teknik untuk mencegah kerusakan/cedera kulit.
Rencana tindakan keperawatan:
1) Inspeksi
kulit terhadap perubahan warna, turgor, vaskular.
Rasional : menandakan
area sirkulasi buruk/kerusakan yang dapat menimbulkan pembentukan infeksi.
2) Pantau masukan
cairan dan hidrasi kulit dan membran mukosa.
Rasional : mendeteksi adanya
dehidrasi/hidrasi berlebihan yang mempengaruhi sirkulasi dan integritas
jaringan pada tingkat seluler.
3) Inspeksi
area tergantung edema.
Rasional : jaringan edema lebih cenderung
rusak/robek.
4) Berikan
perawatan kulit. Berikan salep atau krim.
Rasional : lotion dan
salep mungkin diinginkan untuk menghilangkan kering, robekan kulit.
5) Anjurkan
menggunakan pakaian katun longgar.
Rasional : mencegah iritasi dermal langsung
dan meningkatkan evaporasi lembab pada kulit.
6) Kolaborasi
dalam pemberian matras busa.
Rasional : menurunkan tekanan lama pada
jaringan.
3) Gangguan body image b.d perubahan
penampilan fisik.
Kriteria hasil:
Klien
mengungkapkan perasaan dan metode koping untuk persepsi negatif tentang
perubahan penampilan, fungsi seksualitas, dan tingkat aktivitas. Menyatakan
penerimaan terhadap situasi diri.
Rencana tindakan keperawatan:
1) Kaji
tingkat pengetahuan pasien tentang kondisi dan pengobatan.
Rasional : mengidentifikasi luas masalah dan
perlunya intervensi.
2) Diskusikan arti
perubahan pada pasien.
Rasional : beberapa pasien memandang situasi
sebagai tantangan, beberapa sulit menerima perubahan hidup/penampilan peran dan
kehilangan kemampuan control tubuh sendiri.
3) Anjurkan
orang terdekat memperlakukan pasien secara normal dan bukan sebagai orang
cacat.
Rasional : menyampaikan harapan bahwa pasien
mampu untuk mangatur situasi dan membantu untuk mempertahankan perasaan harga
diri dan tujuan hidup.
4) Rujuk
ke perawatan kesehatan. Contoh: kelompok pendukung.
Rasional : memberikan bantuan tambahan untuk
manajemen jangka panjang dari perubahan pola hidup.
e. Perubahan
proses pikir berhubungan dengan perubahan suasana hati, mudah tersinggung dan
depresi.
Keriteria hasil:
Klien mampu mempertahankan tingkat
orientasi realita sehari-hari, mengenali perubahan pada pemikiran dan tingkah
laku
Rencana tindakan keperawatan:
1) Evaluasi
tingkat stress individu dan hadapi dengan tepat
Rasional : tingkat stress mungkin dapat
meningkat dnegan pesat karena perubahan yang baru, sedang atau telah terjadi.
2) Panggil
pasien dengan namanya.
Rasional : Untuk menolong mempertahankan
orientasi.
3) Catat
perubahan siklik dalam mental/tingkah laku. Ikutsertakan dalam latihan rutin
dan program aktivitas.
Rasional : penelitian menunjukkan bahwa penarikan
diri dan pasien yang tidak aktif memiliki resiko yang lebih besar untuk
mengalami kebingungan
4) Dukung
keikutsertaan pasien dalam perawatan diri sendiri.
Rasional : pilihan merupakan komponen yang
diperlukan dalam kehidupan sehari-hari.
4) Kelebihan volume cairan berhubungan
dengan kelebihan natrium
Keriteria hasil :
Menunjukkan volume cairan stabil,
dengan keseimbangan pemasukan dan pengeluaran, berat badan stabil, tanda vital
dalam rentang normal dan tak ada edema.
Rencana tindakan keperawatan:
1) Ukur masukan
dan haluaran, catat keseimbangan positif. Timbang berat badan tiap hari.
Rasional : menunjukkan status volume
sirkulasi, terjadinya/ perbaikan perpindahan cairan, dan respon terhadap
terapi. Keseimbangan positif/peningkatan berat badan sering
menunjukkan retensi cairan lenjut.
2) Awasi
tekanan darah.
Rasional : Peningkatan tekanan darah
biasanya berhubungan dengan kelebihan volume cairan tetapi mungkin tidak
terjadi karena perpindahan cairan keluar area vaskuler.
3) Kaji
derajat perifer/edema dependen
Rasional : Perpindahan
cairan pada jaringan sebagai akibat retensi natrium dan air, penurunan albumin
dan penurunan ADH.
4) Awasi albumin
serum dan elektrolit (khususnya kalium dan natrium)
Rasional : penurunan albumin serum
memperngaruhi tekanan osmotic koloid plasma, mengakibatkan pembentukan edema.
5) Batasi
natrium dan cairan sesuai indikasi.
Rasional : Natrium mungkin dibatasi untuk
meminimalkan retensi cairan dalam area ekstravaskuler.
5) Resiko perdarahan b.d melemahnya
jaringan penyokong perivaskuler
Keriteria
hasil:
Trombosit
dalam batas normal
Intervensi
1) Kaji
adanya perdarahan
Rasional : mempermudah menentukan intervensi
selanjutnya.
2) Observasi
tanda-tanda vital (S.N.RR)
Rasional :
3) Antisipasi
terjadinya perlukaan / perdarahan.
Rasional : mencegah terjadi perdarahan
4) Anjurkan
keluarga klien untuk lebih banyak mengistirahatkan klien
Rasional : Mengurangi resiko cedera
sehingga memperkecil adanya perdarahan
5) Monitor
hasil darah, Trombosit
Rasional : penurunan
jumlah trombosit menandakan adanya perdarahan
6) Nyeri
berhubungan dengan terjadinya perlukaan pada mukosa lambung.
Keriteria hasil :
Klien mengatakan nyeri
hilang/berkurang, menunjukkan postur tubuh rileks dan mampu tidur dengan tepat
Rencana tindakan keperawatan:
1) Catat keluhan
nyeri, lokasi, lamanya, intensitas (skala 0-10)
Rasional : Nyeri tidak selalu ada tetapi
bila ada harus dibandingkan dengan gejala nyeri pasien.
2) Kaji
ulang faktor yang meningkatkan dan menurunkan nyeri
Rasional :
membantudalam membuat diagnosa dan kebutuhan terapi.
3) Berikan
makan sedikit tapi sering sesuai indikasi untuk pasien
Rasional : makanan mempunyai efek
penetralisir asam, juga menghancurkan kandungan gaster. Makanan sedikit
mencegah distensi dan haluaran gaster.
4) Berikan
obat sesuai indikasi. Mis, antasida.
Rasional : menurunkan keasaman gaster dengan
absorbsi atau dengan menetralisir kimia
i. Resiko
tinggi gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan intak in adekuat
Keriteria hasil
:
Mempertahankan
berat badan stabil, bebas dari tanda malnutrisi.
Rencana tindakan keperawatan:
1) Kaji
riwayat nutrisi
Rasional : mengidentifikasi defisiensi,
menduga kemungkinan intervensi
2) Catat
berat badan
Rasional : Pengawasan kehilangan dan alat
pengkajian kebutuhan nutrisi/keefektifan terapi.
3) Diskusikan
makanan yang disukai oleh pasien dan masukan dalam diet murni
Rasional : dapat
maningkatkan masukan, meningkatkan rasa partisipasi
4) Anjurkan klien makan sedikit tapi
sering
Rasional : makan sedikit dapat menurunkan
kelemahan dan meningkatkan pemasukan juga mencegah distensi gaster.
5) Rujuk ke ahli gizi.
Rasional : Perlu
bantuan dalam perencanaan diet yang memenuhi kebutuhan nutris
DAFTAR PUSTAKA
Price, S. A.,
2005. Patofisiologi: konsep klinis proses-proses penyakit, edisi 6.
Jakarta: EGC.
Rumahorbo,
Hotma. 1999. Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem Endokrin. Jakarta: EGC.
Dorland, W.A Newman. 2002. Kamus
Kedokteran Dorland Edisi 29. Jakarta: EGC.
Gunawan, Sulistia Gan. Setiabudy,
Rianto. Nafrialdi. Elysabeth. 2007. Farmakologi dan Terapi Edisi 5.
Jakarta: FKUI.
Guyton, Arthur C. Hall, John E.
2007. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Edisi 11. Jakarta: EGC.
Soedoyo, Aru W. Setiyohadi, Bambang.
Alwi, Idrus. Simadibrata K, Marcellus. Setiati, Siti. 2006. Buku Ajar Ilmu
Penyakit Dalam. Jakarta: Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam
FKUI
0 comments:
Post a Comment